Laman

Jumat, 20 Januari 2012

Taman Nasional Lore Lindu


Taman Nasional Lore Lindu memiliki berbagai tipe ekosistem yaitu hutan pamah tropika, hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan sampai hutan dengan komposisi jenis yang berbeda.

Tumbuhan yang dapat dijumpai di hutan pamah tropika dan pegunungan bawah antara lain Eucalyptus deglupta, Pterospermum celebicum, Cananga odorata, Gnetum gnemon, Castanopsis argentea, Agathis philippinensis, Philoclados hypophyllus, tumbuhan obat, dan rotan.

Hutan sub-alpin di taman nasional ini berada diatas ketinggian 2.000 meter dpl. Keadaan hutannya sering diselimuti kabut, dan sebagian besar pohonnya kerdil-kerdil yang ditumbuhi lumut.

Di dalam kawasan taman nasional terdapat berbagai ragam satwa yaitu 117 jenis mamalia, 88 jenis burung, 29 jenis reptilia, dan 19 jenis amfibia. Lebih dari 50 persen satwa yang terdapat di kawasan ini merupakan endemik Sulawesi diantaranya kera tonkean (Macaca tonkeana tonkeana), **** rusa (Babyrousa babyrussa celebensis), tangkasi (Tarsius diannae dan T. pumilus), kuskus (Ailurops ursinus furvus dan Strigocuscus celebensis callenfelsi), maleo (Macrocephalon maleo), katak Sulawesi (Bufo celebensis), musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii), tikus Sulawesi (Rattus celebensis), kangkareng Sulawesi (Penelopides exarhatus), ular emas (Elaphe erythrura), dan ikan endemik yang berada di Danau Lindu (Xenopoecilus sarasinorum).

Disamping kekayaan dan keunikan sumberdaya alam hayati, taman nasional ini juga memiliki kumpulan batuan megalitik yang bagus dan merupakan salah satu monumen megalitik terbaik di Indonesia.

Taman Nasional Lore Lindu mendapat dukungan bantuan teknis internasional, dengan ditetapkannya sebagai Cagar Biosfir oleh UNESCO pada tahun 1977.



Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Lembah Besoa. Melihat habitat maleo, megalit dan rekreasi.
Danau Lindu, Gimpu, Wuasa, Bada. Danau, bersampan dan pengamatan satwa burung.
Lembah Saluki, Lembah Bada, Lembah Napu. Melihat berbagai batu megalit.
Gunung Nokilalaki, Gunung Rorekatimbo, Sungai Lariang. Pendakian dan berkemah serta arung jeram.
Danau Lewuto. Danau dan melihat peninggalan mayat Moradino.
Dongi-dongi, Kamarora. Berkemah, air panas, lintas hutan, pengamatan satwa.

Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Festival Danau Poso pada bulan Agustus.

Musim kunjungan terbaik: bulan Juli s/d September setiap tahunnya.


Para Pecinta Alam menyebut nya Istana Lumut



Cara pencapaian lokasi: Dapat dicapai dengan kendaraan roda empat: Palu-Kamarora (50 km) dengan waktu tempuh 2,5 jam, Palu-Wuasa (100 km) lima jam dan Wuasa-Besoa (50 km) empat jam. Palu- Kulawi (80 km) enam jam. Perjalanan di dalam kawasan dapat dilakukan dengan jalan kaki ataupun dengan naik kuda dengan route : Gimpu-Besoa-Bada selama tiga hari dan Saluki (Sidaonta) – Danau Lindu selama satu hari.

Kantor: Jl. Mawar No. 10
Palu, Sulawesi Tengah
Telp./Fax.: (0451) 423608
Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1982
luas 231.000 hektar
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 593/Kpts-II/1993
luas 229.000 hektar
Ditetapkan Menteri Kehutanan, SK No. 646/Kpts-II/1999
luas 217.991,18 hektar
Letak Kab. Donggala dan Kab. Poso,
Provinsi Sulawesi Tengah
Temperatur udara 22° - 34° C
Curah hujan 2.000 - 3.000 mm/tahun
Ketinggian tempat 500 – 2.600 meter dpl
Letak geografis 1°03’ - 1°58’ LS, 119°57’ - 120°22’ BT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar