Laman

Sabtu, 09 November 2013

Handeuleum (Daun Wungu) (Graptophylum pictum Griff.) dan Hanjuang





Handeuleum
Sinonim :
= G. hortense, Nees.
Familia :
Acanthaceae
Uraian :
Daun Ungu (Graptophyllum pictum) termasuk tumbuhan perdu yang memiliki batang tegak, ukurannya kecil dan tingginya hanya dapat mencapai 3 meter, biasanya tumbuh liar dipedesaan atau ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman obat, daun ungu cocok tumbuh didaearah dataran rendah sampai ketinggian 1250 meter di atas permukaan laut. Batang : Batangnya berwarna ungu, penampang batangnya berbentuk mendekati segi tiga tumpul. Daun : mempunyai struktur posisi daun yang letaknya berhadap- hadapan Bunga : bersusun dalam 1 rangkaian tandan yang berwarna merah tua.
Nama Lokal :
Daun Ungu (Indonesia), Demung, Tulak, Wungu (Jawa); Daun Temen-temen, Handeuleum (Sunda), Temen (Bali); Karotong (Madura), Daun Putri, Dongora (Ambon); Kobi-kobi (Ternate);


Hanjuang (Cordyline sp)

Hanjuang (Cordyline) atau andong (bahasa Jawa) merupakan sekelompok tumbuhan monokotil berbatang yang sering dijumpai di taman sebagai tanaman hias. Marga Cordyline memiliki sekitar 15 jenis. Sistem APG II memasukkan hanjuang ke dalam suku Laxmanniaceae. Namun demikian, beberapa pustaka lain memasukkannya ke dalam Liliaceae (suku bakung-bakungan) serta Agavaceae.

Nama hanjuang juga dipakai untuk sekelompok tumbuhan dari marga Dracaena.

Daun hanjuang khas, berbentuk lanset, berukuran agak besar dan berwarna hijau kemerah-merahan (Cordyline) atau berwarna hijau muda (Dracaena).

Kerajaan : Plantae
Divisi      : Magnoliophyta
Kelas      : Liliopsida
Ordo       : Asparagales
Famili     : Laxmanniaceae
Genus     : Cordyline Comm. ex R.Br.

Keistimewaan :
 
Apa istimewanya Tanaman Handeuleum dan Hanjuang, sampai-sampai Prabu Siliwangi menyebutkannya dalam Bait-bait kisahnya ?
 
Apakah ini berkaitan erat dengan Budak Angon atau Sang Pemuda Penggembala ?

Sebelum kita menggali lebih dalam rahasia dibalik Tanaman Handeuleum dan Hanjuang, mari kita simak dulu kisah yang diceritakan oleh Prabu Siliwangi, berikut ini :

“”Nu garelut laju rareureuh; laju kakara arengeuh; kabéh gé taya nu meunang bagian. Sabab warisan sakabéh béak, béakna ku nu nyarekel gadéan. Buta-buta laju nyarusup, nu garelut jadi kareueung, sarieuneun ditempuhkeun leungitna nagara. Laju naréangan budak angon, nu saungna di birit leuwi nu pantona batu satangtung, nu dihateup ku handeuleum ditihangan ku hanjuang. Naréanganana budak tumbal. sejana dék marénta tumbal. Tapi, budak angon enggeus euweuh, geus narindak babarengan jeung budak anu janggotan; geus mariang pindah ngababakan, parindah ka Lebak Cawéné!”

Yang jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi :

”Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka memperebutkan pepesan kosong, sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang. Para penguasa lalu menyusup, yang bertengkar ketakutan, ketakutan kehilangan negara, lalu mereka mencari Budak Angon, yang rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu, yang rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang. Semua mencari tumbal, tapi Budak Angon sudah tidak ada, sudah pergi bersama Budak Janggotan, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!”


Jika kita cermati kisah diatas, Prabu Siliwangi menyebutkan bahwa pohon handeuleum dan hanjuang tumbuh lebat dan rimbun di rumah Budak Angon. Sehingga banyak pertanyaan yang dialamatkan pada kedua pohon ini. Yaitu apa keistimewaan kedua pohon ini, sampai-sampai Prabu Siliwangi menyebutkannya dalam bait kisahnya.

Kita mulai dari pertanyaan, “apakah hanya pohon handeuleum dan hanjuang saja yang ada di rumah Budak Angon ?”. Nampaknya Prabu Siliwangi tidak menyebutkannya lebih jauh, melainkan beliau hanya menyebutkan apa yang mungkin lebih mudah dilihat dan dikenali orang, apabila ada yang ingin mencari rumahnya.

Jika kita search mbah google, kita akan mendapati ciri yang paling mencolok dari pohon handauleum adalah daunnya yang berwarna ungu. Begitupula dengan pohon hanjuang memiliki daunnya berwarna merah.

Bisa kita bayangkan, ditengah-tengah tumbuhan yang rata-rata berdaun hijau, ada tanaman yang berdaun merah dan ungu. Tentu akan menjadi bahan pertanyaan bagi semua orang. Apalagi jika beliau sengaja memperbanyak tanaman ini sehingga tampak rimbun dan banyak.

Sehingga pertanyaannya menjadi, kira-kira mengapa Sang Penggembala sengaja memperbanyak tanaman ini ?. Apakah karena ada maksud tertentu, misal agar menjadi bahan pertanyaan orang-orang. Ataukah ada maksud lainnya ?. Misal untuk obat.

Untuk lebih mudahnya mencari jawabannya, tak ada salahnya kita meminta petunjuk mbah google.

Jika kita baca secara umum, tak ada hal yang istimewa baik pada tanaman handeuleum maupun hanjuang. Misalnya tanaman hanjuang lebih dikenal dengan berbagai nama sebagai contoh daun andong ( jawa ), yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai tanaman hias, ataupun tanaman pembatas rumah, sawah, kebun atau sebagainya.

Namun ada yang meneliti lebih lanjut menemukan bahwa Khasiat daun handeuleum ( daun ungu ) sebagai anti-hemorrhoid, dibuktikan oleh Prof dr H Sardjono Oerip Santoso dari Farmakologi FKUI. Sebanyak 9-10 gram daun ungu segar kemudian direbus dalam 2 gelas air (600 cc) sampai menjadi 1 gelas rebusan dan diminum tiap hari 1 kali. Lima hari kemudian, efek yang ditimbulkan oleh gejala hemorroid seperti nyeri, pendarahan, dan panas hilang tak berbekas. Dr JM Sugiarto memberikan bukti, Konsumsi 1 gelas rebusan daun ungu selama dua bulan berturut-turut ternyata bisa membebaskan penderita dari gangguan wasir. Berkat daun ungu, pengidap ambeien tak perlu lagi mengkonsumsi obat-obatan jenis phlebodinamic seperti radium dan daflon. Obat itu lazim diresepkan dokter untuk melancarkan sirkulasi darah di daerah anus serta menghilangkan bengkak, tonjolan, dan pendarahan. Analgesik. Sebagai analgesik pun khasiat daun ungu teruji sebagaimana ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Dr drg Nur Permatasi MS, dr Umi Kalsum MKes, dan dr Nurdiana MKes dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Mereka menyatakan bahwa kandungan alkaloid dalam daun ungu mempunyai kemampuan sebagai antiinflamasi dan juga sebagai analgesik pada hewan percobaan. Efek analgesik tersebut ditunjukkan dengan terjadinya penurunan nilai ambang nyeri setelah pemberian ekstrak alkaloid pada dosis 1,5, 3, dan 6 mg/kg. Menurut trio peneliti tersebut kemampuan efek analgesik dan antiinfl amasi fraksi alkaloid dari ekstrak etanol daun ungu ampuh menurunkan nilai ambang nyeri pada dosis 3 mg/kg bobot tubuh. Itu setara dengan pemberian aspirin dengan dosis 125 mg/kg bobot tubuh. Hal ini berkat kemampuan alkaloid daun wungu dalam menghambat pembentukan prostaglandin. Penelitian yang dilakukan oleh drg Endang Wahyuningtyas MS SpPros dari Jurusan Ilmu Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi UGM, menyimpulkan daun ungu bermanfaat untuk sanitasi gigi palsu. Penelitian yang menggunakan 40 sampel gigi tiruan arkrilik dibagi dalam 4 kelompok. Masing-masing kelompok diberikan konsentrasi 5%, 10%, 20%, dan 40% daun ungu dan direndam selama 15 menit. Setelah dipakai oleh pasien selama 4 jam, gigi palsu itu kemudian dibilas dan diperiksa. Hasilnya, daun ungu ampuh mencegah pertumbuhan bakteri mutan streptococcus, cendawan, dan mencegah pertumbuhan plak. Penelitian tersebut merekomendasikan bahwa pencegahan terbaik untuk menghambat plak, bakteri, dan cendawan terjadi pada konsentrasi kandungan daun ungu sebanyak 40%. Daun ungu ternyata mengandung berjuta manfaat. Kanker juga bisa sembuh dengan rutin mengkonsomsi daun ungu tersebut diatas.

Tanaman handaueleum memiliki khasiat yang sama dengan aspirin ? alias bisa meredakan nyeri di kepala ?

Juga mampu mencegah tumbuhnya bakteri tertentu ?

Menyembuhkan kanker ?
dan berjuta manfaat lainnya ?

Nah sekarang bagaimana dengan Tanaman Hanjuang alias lebih dikenal dengan Tanaman Andong. Pastinya juga bukan tanaman hias biasa sama seperti Handeuleum ? coz klo tanaman hias biasa, nggak mungkinlah Prabu Siliwangi menyebutkan dalam kisahnya.


Kita mulai dari kandungan Kimia tanaman ini, yang tentunya menurut hasil penelitian ilmiah dari beberapa Universitas di Indonesia, sebagai contoh bisa di download link dibawah ini :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20873/5/Chapter%20I.pdf
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/download/2673/1887
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/download/2692/1904
http://fmipa.unmul.ac.id/pdf/139

Hmmm… serius nih ? tanaman hanjuang mampu melancarkan buang air kecil ( menyeimbangkan elektrolit dalam tubuh ), yang tentu juga berkaitan dengan penyakit batu ginjal dan sejenisnya ?

Tak hanya itu, kandungan kimia yang terkandung didalam daunnya adalah tanin, saponin, flavonoid, polifenol, steroida, kalsium oksalat, dan zat besi ( Dalimartha, 2006 ).

Nah menariknya adalah, hampir semua penelitian diatas, bermula dari “pengakuan” masyarakat yang menggunakannya secara tradisional. Dan terbukti secara praktis memiliki khasiat tertentu, sebagai contoh adalah menurut pengalaman yang di peroleh dari masyarakat desa Munte, Karo
bahwa daun andong hijau dapat di gunakan sebagai obat sakit pinggang dan
memperlancar buang air kecil. Penggunaan secara tradisional menurut penduduk setempat yaitu dengan merebus daun segar 15-30 g lalu diminum airnya.( Dalimartha, 2006 ).

Jika kita tarik keseimpulan, ada beberapa hal yang penting berkaitan dengan Tanaman Handeuleum dan Hanjuang. 

Berbagai penelitian ilmiah pada daun handeuleum ataupun hanjuang, terbukti tidak dapat melemahkan klaim bahwa kedua tanaman ini mampu berfungsi sebagai obat untuk sakit tertentu. Malahan memperkuat klaim ini secara ilmiah. Baik secara kimiawi maupun secara klinis. Yang artinya pula obat-obat tradisional tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Ataupun hanya dikatakan sebagai sughesti saja. 

Penelitian ini semakin memperkuat apa yang disampaikan oleh Sang Pencipta pada semua agama. Apabila Sang Pencipta menurunkan penyakit, pasti juga menurunkan obatnya. Kita menjadi sadar, bahwa apa-apa yang diciptakan oleh Sang Pencipta tidak ada yang sia-sia. Walaupun semua kita hanya menyangkanya hanya tanaman hias saja. Maka setelah kita tahu kandungan kimia beserta khasiatnya secara ilmiah. Kita semakin bersyukur akan nikmat dan karunia yang Sang Pencipta telah sediakan untuk kita. Kita tidak perlu susah payah mencari obat atas penyakit kita. Tidak juga mengorbankan harta benda kita apalagi berutang jutaan rupiah. Hanya untuk mencari kesembuhan atas penyakit yang kita derita. Karena obatnya sudah ada didepan mata kita. Yang kita lakukan hanyalah memetik daun tanaman berkhasiat obat ini, yang ada didepan atau dibelakang rumah kita. Ataupun jika tidak ada di rumah kita, salah satu tetangga kita kemungkinan besar memiliki tanaman ini. ( walaupun untuk tanaman handauleum agak susah untuk menemukannya itulah sebabnya jika dua tanaman ini dipasangkan boleh jadi pemiliknya paham akan khasiatnya ). 

Kedua tanaman ini relatif mudah dikembangbiakkan (digandakan jumlahnya). Sebagai contoh tanaman hanjuang, untuk “menggandakannya” cukup dengan memotong-motong tangkainya, kemudian menancapkannya ke dalam tanah. Dengan cara ini kita bisa memiliki puluhan, ratusan bahkan ribuan tanaman hanjuang baru dengan cara yang mudah dan cepat hanya dari asalnya satu pohon. Itu artinya pula dalam skala nasional bahkan internasional kemungkinan besar kita tidak akan menemui kesulitan untuk mengatasi penyakit batu ginjal, kanker, sakit kepala, pendarahan dalam dan luar yang menyerang masyarakat pada umumnya karena kemudahan tanaman ini dikembang biakkan. 

Kedua tanaman ini relatif mudah dalam perawatan, tidak seperti tanaman hias tertentu atau tanaman obat tertentu, sebagai contoh tanaman sirih merah yang cenderung agak sulit budidaya dan perawatannya.

Sumber :
http://sangpencarikebenaran.wordpress.com/2013/04/24/antara-budak-angon-handeuleum-dan-hanjuang/
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=11
http://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_plant

Tidak ada komentar:

Posting Komentar