Laman

Rabu, 15 Juni 2011

Daun Kentut (Paederia scandens )



Sinonim
Paederia foetida L.

Nama umum
Indonesia: Daun kentut
Nama lokal : Kahitutan (Sunda), Kasembukan (Jawa), ; Bintaos, kasembhukan (Madura), Gumi siki (Ternate); Daun kentut, sembukan (Sumatera); Ji shi teng (China).

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Asteridae
                         Ordo: Rubiales
                             Famili: Rubiaceae (suku kopi-kopian)
                                 Genus: Paederia
                                             Spesies: Paederia scandens

Botani
Herba tahunan, berbatang memanjat, pangkal berkayu, panjang 3-5 m. Tumbuh liar di lapangan terbuka, semak belukar atau di tebing sungai, kadang dirambatkan dipagar halaman sebagai tanaman obat dan dapat ditemukan dari 1-2. 1 00 m dpi. Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1-5 cm, letak berhadapan, bentuknya bundar telur sampai lonjong atau lanset. Pangkal daun berbentuk jantung, ujung runcing, tepi rata, panjang 3-12,5 cm, lebar 2-7 cm, permukaan atas berambut atau gundul, tulang daun menyirip, bila diremas berbau kentut.
Bunganya bunga majemuk tersusun dalam malai, keluar dari ketiak daun atau ujung percabangan. Mahkota bunga berwarna putih, bagian dalam tabung berwarna ungu gelap. Buah bulat, warnanya kuning, mengkilap, panjang 4-6 mm. Daun dimakan sebagai Ialab atau disayur. Perbanyakan dengan stek batang atau biji.
Distribusi
Dalam semak di ketinggian rendah dan menengah.
Sifat Kimiawi dan Efek Farmakologis:
Rasa manis, lama-lama terasa sedikit pahit, netral. Anti rematik, penghilang rasa sakit (analgetik), peluruh kentut (karminatif, peluruh kencing, peluruh dahak (mucolytic), penambah napsu makan (stomakik), antibiotik, anti radang, obat batuk (antitussif, menghilangkan racun (detoksifikasi), obat cacing, pereda kejang.
Kandungan Kimia: Batang dan daun mengandung: Asperuloside, deacetylasperuloside, scandoside, paederosid, paederosidic acid dan gama-sitosterol, arbutin, oleanolic acid dan minyak menguap.
Bagian Yang Dipakai:
Seluruh herba atau akar.  Setelah dikumpulkan, dicuci Ialu dijemur, disimpan dalam tempat kering, untuk digunakan bila perlu.
Kegunaan:
1.        Kejang (kolik) kandung empedu dan saluran pencernaan,
2.        Perut kembung.
3.        Rasa sakit pada luka, mata atau telinga.
4.        Bayi dengan gangguan penyerapan makanan, mainutrisi.
5.        Sakit kuning (icteric hepatitis), radang usus (enteritis), disentri.
6.        Bronkhitis, batuk (whooping cough).
7.        Rheumatism, luka akibat benturan, tulang patah (fraktur),   
8.        Keseleo.
9.        Darah putih berkurang (leukopenia) akibat penyinaran (radiasi)
10.    Keracunan organic phosphorus pada produk pertanian.
11.    Kencing tidak lancar
Pemakaian:
Untuk minum: 15-60 g, rebus.
Pemakaian luar: Herba secukupnya setelah dicuci bersih digiling halus, untuk diturapkan kebagian yang sakit atau herba secukupnya digodok, airnya untuk cuci.  Dipakai untuk pengobatan radang kulit (dermatitis), ekzema, luka, abses, bisul, borok pada kulit, gigitan ular berbisa.
Cara Pemakaian:
1.    Perut mules karena angin :  25 lembar daun dibuat sayur atau dikukus, makan sebagai lalab matang. Untuk pengobatan luarnya, daun dilayukan diatas api lalu diikatkan pada perut.
2.    Mata terasa panas dan bengkak: Daun secukupnya dicuci bersih lalu direbus dengan air. Setelah mendidih diangkat, penderita didudukkan diatas uapnya.  Bila air sudah hangat, maka daunnya dibungkus dengan sepotong kain, letakkan diatas mata yang sakit sampai daun menjadi dingin, baru kompres tersebut diganti lagi.
3.    Sakit lambung (gastritis), perut kembung, disentri : 15-60 g daun segar dicuci lalu ditumbuk sampai seperti bubur. Tambahkan 1 cangkir air matang dan 1-2 sendok teh garam, aduk merata lalu disaring.  Minum sebelum makan.
4.    Herpes zooster (cacar ular): Daun dicuci lalu ditumbuk sampai seperti bubur. Tambahkan sedikit air dan garam secukupnya, untuk dibalurkan disekitar gelembung-gelembung kecil dikulit.
5.    Sariawan: 1/6 genggam daun kentut, 1/5 genggam daun iler, 1/4 genggam daun saga, 1/5 genggam daun picisan, 1/4 genggam daun sembung, 1/4 genggam pegagan, 3/4 sendok teh adas, 3/4 jari pulosari, 3/4 sendok teh ketumbar, 1/2 jari rimpang lempuyang, 1/2 jari rimpang kunyit, 3/4 jari kayu manis, 3 jari gula enau. Semua bahan dicuci dan dipotong-potong seperlunya.  Rebus dengan 4 1/2  gelas air bersih, sampai tersisa kira-kira setengahnya.  Setelah dingin disaring, dibagi untuk 3 kali minum, habis dalam 1 hari.
6.    Radang telinga tengah: 1/2 genggam daun dicuci bersih lalu digiling halus.  Remas dengan 1 sendok makan air garam, diperas dan disaring. Airnya dipakai untuk menetes anak telinga yang sakit. Teteskan 4-6 kali sehari, setiap kali 3 tetes.
7.    Ekzema, kulit gatal (pruritus), neurodermatitis: Batang dan daun segar secukupnya dicuci bersih lalu digiling halus. Tempelkan ketempat kelainan.
Catatan:
Sudah dibuat obat suntik. lnjeksi obat ini menimbulkan rasa sakit lokal. Minum herba ini menimbulkan rasa bau yang khas pada hawa napas dan kencing si pemakai.
Kegunaan dalam keadaan darurat di hutan
Daun dapat digunakan untuk bahan makanan / lalab
Ketersediaan : Wildcrafted.

2 komentar:

  1. wah, profesinya sama dengan hobi saya yang suka mendaki gunung,,,

    kapan2 bisa kan daki bareung ni

    BalasHapus
    Balasan
    1. boleh ......... coba kita ngumpul di cibodas markas Indonesian Green Ranger ........ banyak sahabat ngumpul di sana

      Hapus