Lelak, nama umum yang digunakan dalam dialek bahasa lokal di Kupang dan
sekitarnya, sebenarnya belum dapat dikategorikan sebagai tanaman,
melainkan tumbuhan liar dengan nama ilmiah Uvaria rufa Blume (periksa nama ilmiah, sinonim, dan klasifikasi di GBIF Data Portal dan The Plant List).
Namun, buah tumbuhan liar ini sering dijumpai dijual di pinggir jalan.
Bila Anda menempuh perjalanan darat dari Kupang menuju Soe, NTT, pada
sekitar bulan September-Oktober, Anda akan menjumpai buah ini dijual di
pinggir jalan setelah melewati Camplong, di sekitar pertigaan menuju
Desa Sillu.
Lelak merupakan perdu menahun merumpun, sering tumbuh bersandar pada
tumbuhan lain sampai tinggi 4 m, permukaan cabang ditutupi semacam
serbuk, berkulit kuat dan berserabut. Daun tunggal, helai daun berukuran
8-19 cm x 5-9 cm, panjang tangkai daun 0,3-0,6 cm, jumlah tulang daun
lateral 13-16 pada setiap sisi tulang daun utama, melengkung ke arah
ujung. Permukaan atas dan bawah daun, tangkai daun, dan ranting muda
ditutupi rambut. Perbungaan berhadapan dengan daun, diameter bunga 19-30
mm. Kelopk ditutupi rambut, daun mahkota berjumlah tiga dalam dua
susun, masing-masing berukuran 10 mm x 7 mm, berwarna oranye pink sampai
merah kotor, ditutupi rambut halus rapat pada permukaan luar dan dalam.
Benang sari banyak, ukuran kepala sari 2,5-3 mm x 1 mm, tangkai sari
pendek dan kokoh, panjang sekitar 1 mm. Bakal buah banyak, terpisah,
panjang masing-masing 3-4 mm, permukaan
luar ditutupi rambut halus. Perbuahan merupakan buah berangkai, ukuran
setiap buah 25-45 mm x 20-25 mm, panjang tangkai buah 15-20 mm. Biji
pipih, berukuran panjang 1,5 mm.
Tumbuh dalam kawasan hutan muson kering. Buah dapat dimakan segar,
tersedia pada akhir musim kemarau. Tumbuhan ini berpotensi dikembangkan
sebagai tanaman hias yang tahan kering, selalu hijau dengan bunga dan
buah yang menarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar